dari tugas akuntansi manajemen yang mencari dan menulis sejarah akuntansi manajemen, berikut adalah kutipan yang bisa Loyalis copas
=======================================================
cikal bakal akuntansi adalah zaman Luca Pacioli
memperkenalkan sistem pembukuan berpasangan, yang disebut double entry
bookkeeping system.
Dalam perkembangan akuntansi, bidang yang paling awal
berkembang adalah akuntansi keuangan. Seiring dengan perkembangan industri yang
sangat pesat karena kebutuhan akan informasi, maka berkembanglah bidang-bidang
lain, seperti
a. akuntansi
biaya,
b. akuntansi
manajemen,
c. auditing,
d. akuntansi
perpajakan,
e. akuntansi
sektor publik,
f. sistem
informasi akuntansi,
g. akuntansi
keperilakuan
h. konsep
akuntansi syariah.
Bidang akutansi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang
sehingga memperkaya bidang akuntansi. Akuntansi manajemen menghasilkan
informasi untuk pihak internal perusahan (internal user), sedangkan akuntansi
keuangan menghasilkan informasi untuk pihak eksternal perusahaan (external
user).
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi karena
proses dari akuntansi manajemen akan menghasilkan informasi. Pembuat informasi
atau pengguna sistem informasi adalah para manajer, investor, pemerintah, dan
user lainnya yang berkepentingan dengan informasi tersebut.
Keberhasilan suatu sistem informasi tak lepas dari perilaku
manusianya. Perkembangan akuntansi tak lepas dari perilaku. Mendesaknya
kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia dalam bidang akuntansi maka
dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi dan
sosial, lahirlah akuntansi keperilakuan. Akuntansi keperilakuan akhirnya diakui
keberadaannya dan banyak bukti empiris yang dihasilkan oleh para peneliti yang
ikut memperkuat bidang akuntansi keperilakuan.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan
bidang yang sangat luas. Dalam perkembangan riset empirisnya diawali dari
bidang akuntansi manajemen dan kemudian ke bidang lainnya. Dalam analisisnya
banyak didukung oleh teori yang ada di disiplin ilmu lainnya. Suatu hal yang
menarik dalam mengkaji bidang riset akuntansi keperilakuan ini adalah
mengkaitkannya dengan akuntansi manajemen (managerial accounting). Riset
akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen yang pertama kali
berkembang adalah isu budgeting.
Untuk lebih memahami implikasi riset akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting research/BAR) terhadap pengembangan akuntansi manajemen
(managerial accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan
a. akuntansi
keperilakuan,
b. akuntansi
manajemen,
c. riset
akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen, seperti
a. budgeting,
b. balanced
scorecard (BSC),
c. just in
time (JIT),
d. total
quality management,
e. activity
based costing system (ABC system).
Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya
Ikhsan (2005) menyatakan bahwa tujuan ilmu keperilakuan
adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai
pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh
empiris yang dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik
untuk peninjauan maupun replikasi dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya
yang tertarik. Selanjutnya Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa akuntansi
keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang
bertujuan
1. untuk
memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan.
2. untuk
mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis,
3. untuk
mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan.
Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah bagian dari akuntansi yang
bertujuan membantu manajer untuk menjalankan tiga fungsi pokoknya, yaitu
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Kehadiran akuntansi
manajemen atau sistem informasi manajemen dalam perusahaan merupakan suatu
sistem yang akan memberikan informasi kepada manajemen untuk membantu
pihak-pihak internal untuk mencapai tujuan organisasinya.
Teknik-teknik dalam akuntansi manajemen membantu manajemen
dalam menjalankan fungsi manajemen. Misalnya
a. menyusun
anggaran (budget),
b. melakukan
analisis cost, volume, propit (CVP),
c. analisis
varian, dan
d. pemilihan
sistem pembebanan biaya yang tepat untuk penentuan harga jual. Pemilihan metode
ini akan mempengaruhi keakuratan pembebanan biaya ke produk sehingga manajer
dapat dengan tepat menentukan harga jual.
Dengan demikian, dapat unggul dan bersaing dalam harga.
Dewasa ini pembebanan biaya secara konvensional sudah mulai
ditinggalkan dan beralih ke pembebanan biaya berdasarkan aktivitas/activity
based costing system (ABC-system). Dalam perkembangan akuntansi manajemen
banyak sekali isu kontemporer dalam teknik-teknik manajemen mulai diterapkan,
seperti
a. metode
just in time (JIT),
b. total
quality management (TQM),
c. target
costing,
d. orientasi
pelanggan.
Penilaian kinerja manajer saat ini sudah mulai mengalami
pergeseran. Jika dahulu menilai kinerja seorang manajer cukup hanya dari
perspektif keuangan, tetapi sekarang untuk mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif harus dari dua perspektif yang dikenal dengan istilah balanced
scorecard. Penilaian kinerja akan dilakukan dari dua sisi, yaitu keuangan
(financial) dan non financial seperti
a. penilaian
pelanggan/ customer,
b. pertumbuhan
dan pembelajaran,
c. proses
bisnis internal.
Artikel terbaru mengenai akuntansi manajemen ditulis oleh
Birnberg G. Jacod (2000) yang membahas tentang peranan riset keperilakuan dalam
pendidikan akuntansi manajemen pada abad ke dua puluh satu. Birnberg
menjelaskan bahwa materi akuntansi manajemen dalam tiga periode setelah Perang
Dunia Kedua berakhir meliputi
1. periode
akuntansi biaya (the cost-accounting period),
2. periode
akuntansi manajemen modern (the modern management accounting period),
3. periode
akuntansi manajemen postmodern (The post-modern management accounting period).
Fokus terbaru dalam akuntansi manajemen seperti dijelaskan
oleh Hansen dan Mowen (2005) adalah
a. activity
based management,
b. customer
orientation,
c. cross-functional
perspective,
d. total
quality management,
e. time as competitive
element,
f. efficiency
dan E-business.
Akuntansi manajemen sangat erat berkaitan dengan manusia.
Kajian atau studi di bidang akuntansi manajemen mendapat perhatian bagi riset
akuntansi di bidang keperilakuan. Kegagalan dalam hal pencapaian kinerja
sebenarnya akibat dari aspek keperilakuan. Perilaku (behavior) adalah
tindakan-tindakan (actions) atau reaksi (reaction) dari suatu objek atau
organisme (Jogiyanto, 2007).
Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting
Budgeting merupakan bagian dari materi akuntansi manajemen,
yang memegang peranan dalam perencanaan dan pengendalian sebagai dua bagian
yang tak terpisahkan. Perencanan berarti melihat ke depan, yang mengandung
pengertian yaitu menentukan tidakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk
merealisasikan tujuan tertentu. Sebaliknya, pengendalian adalah melihat ke
belakang yang berarti menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkan
dengan rencana yang telah disusun (Hansen & Mowen, 2005). Adapun tujuan
anggaran adalah memberikan informasi yang dapat meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan, sebagai standar bagi evaluasi kinerja dan meningkatkan
komunikasi dan koordinasi antarbagian. Anggaran yang disusun berupa anggaran
operasi seperti
a. anggaran
penjualan,
b. produksi,
c. pembelian
bahan,
d. tenaga
kerja,
e. overhead,
f. beban
penjualan dan administrasi,
g. persediaan
akhir,
h. harga
pokok penjualan) dan anggaran keuangan (seperti anggaran arus kas, neraca, dan
pengeluaran modal).
Anggaran digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang
paling sederhana meliputi empat langkah berikut:
1. Penetapan
standar oleh manajemen
2. Penetapan
standar oleh kelompok yang dikontrol
3. Kinerja
operasi
4. Pelaporan
hasil dengan ganjaran positif atau negatif ditentukan oleh manajemen
Penelitian di bidang akuntansi manajemen diawali dengan
penelitian Argyris (1952), topiknya adalah budgeting, yaitu melihat hubungan
manusia dengan anggaran. Didukung oleh teori dan temuan empiris dari perilaku
organisasional dan psikologi sosial, Argyris (1952) melakukan sebuah studi
lapangan tentang proses anggaran.
Covaleski dan Dirsmith (1986) mewawancarai 56 manajer pada
enam rumah sakit. Mereka menemukan bahwa budgeting digunakan sebagai proses
politik oleh manajer untuk merasionalkan dan melegitimasi aksi simbolis dan
ritualistis.
Studi lapangan lainnya oleh Czarniawska-Jorges dan Jacobsson
(1989) menjelaskan bagaimana proses anggaran berhubungan dengan konteks budaya
organisasi. Brownell (1982) meringkas beberapa studi akuntansi dan nonakuntansi
yang menunjukkan hubungan antara karakteristik tugas dan organisasional dengan
proses anggaran.
Young (1985) mendesain sebuah eksperimen untuk secara
langsung mengamati slack perilaku dan menemukan bahwa preferensi risiko dan
tekanan sosial benar-benar mempengaruhi terjadinya slack anggaran.
Schiff dan lewin (1974) menyatakan pendapat Birnberg dan
Nath bahwa penelitian behavioral dalam managerial accounting dibagi ke dalam
tiga kategori luas, yaitu sebagai berikut
1. Usaha
untuk menentukan model bagi seluruh bagian subsistem manusia
2. Investigasi
ke dalam dimensi behavioral dari proses kontrol manajemen
3. Studi
dari sudut pandang behavioral tentang efek karakteristik perusahaan terhadap
bentuk dan fungsi sistem informasi manajemen.
Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru
dalam bidang akuntansi manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar
Nasional Akuntansi (SNA).
Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran
kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja
manajerial dengan pendekatan partial least square.
Cahyono dkk, (2007) meneliti pengaruh moderasi sistem
pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja.
Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan antara sistem
pengendalian manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai
variabel moderating (penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa
Tengah).
Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job
relevant information (JRI) sebagai variabel intervening.
Sumarno (2005) meneliti pengaruh komitmen organisasi dan
gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja
manajerial.
Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan isu-isu terbaru dalam akuntansi
manajemen. Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategic yang
menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan
tolak ukur kinerja untuk empat perspektif yang berbeda, yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan (Wijaya Tunggal, 2003).
Pengukuran kinerja yang komprehensif ini diberi nama
balanced scorecard. Hal itu pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton
(1992) mengenai keunggulan pengukuran kinerja dari dua perspektif, yaitu sisi
keuangan dan non keuangan (customer relations, internal business processes,
learning and growth).
Kaplan dan Norton (1996) menulis mengenai penggunaan
balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategi.
Balanced scorecard dapat berfungsi sebagai alat untuk
mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan dan juga untuk menilai
apakah strategi yang telah ditetapkan sudah tepat. Salah satu contoh penelitian
dengan topik ini dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).
Just In Time (JIT)
Just In Time (JIT) merupakan suatu filosofi yang memusatkan
pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai
dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan
produksi dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu,
mengendalikan sediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman (Supriyono, 1999).
Sebuah contoh penelitian di bidang JIT dilakukan oleh
Balakrishnan (1996) yang meneliti perusahaan-perusahaan yang mengadopsi sistem
inventori JIT dan pengaruhnya terhadap Ratio Return on Assets (ROA). Penelitian
ini dimotivasi oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika yang mulai
mengadopsi JIT karena dapat mengurangi kos. Jadi, adanya pertimbangan cost and
benefit. Turunnya nilai persediaan berarti turunnya kos.
Total Quality Management
Manajemen mutu total (Total Quality Management/TQM) adalah
suatu pendekatan sistem untuk mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam
suatu organisasi agar tercapainya penyempurnaan mutu barang atau jasa secara
berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen (Supriyono,
1999).
Untuk membantu tercapainya Total Quality Management/TQM
harus memperhatikan daur hidup produk seperti desain dan pengembangan,
pengadaan masukan, produksi, pemasaran, distribusi, dan pelayanan.
Ittner (1995) meneliti tentang Total Quality Management
(TQM) dan pilihan dari informasi dan sistem reward-nya. Data diambil dari
sampel perusahaan automobil dan industri komputer dari Jerman, Kanada, Jepang,
dan Amerika pada tahun 1991 yang telah mempraktikkan manajemen kualitas/
Quality Management. Penelitian dilakukan metode survei.
Activity Based Costing System
Activity based costing adalah suatu sistem pembebanan biaya
yang berdasarkan aktivitas. Activity-based Costing (ABC) telah dipromosikan dan
diadopsi sebagai dasar untuk pembuatan keputusan yang strategis dan untuk
meningkatkan kinerja laba (Bjornenak dan Mitchell, 1999).
Informasi ABC kini juga digunakan secara luas untuk menilai
continous improvement dan untuk memonitor proses kinerja. ABC dapat diterima
secara luas dan cepat karena dipercaya memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan metode pembebanan biaya konvensional.
Dalam sebuah eksperimen, Drake et al. (1999) menemukan bahwa
aktivitas yang inovatif dapat menghasilkan tingkat laba perusahaan yang lebih
tinggi atau lebih rendah bila para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC.
Gunawan (2007) meneliti analisis hubungan activity based
costing dengan peningkatan kinerja keuangan yang merupakan studi empiris yang
dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian tidak menemukan bukti empiris
yang mendukung analisis dan penelitian sebelumnya mengenai kondisi yang
memungkinkan untuk bisa memperoleh keuntungan dari ABC. Hubungan antara lingkup
penggunaan ABC dan peningkatan di dalam ROI tidak dipengaruhi oleh faktor yang
diidentifikasi spesifik.
Implikasi Riset Akuntansi Keperilakuan, Terhadap
Pengembangan Akuntansi Manajemen
Melalui riset akuntansi keperilakuan, teori-teori, konsep,
dan isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen dapat diuji secara empiris
mengenai manfaat teori-teori baru tersebut terhadap peningkatan kinerja dalam
pengambilan keputusan strategik. Dengan adanya hasil riset empiris dalam
akuntansi manajemen ini dapat membantu pengembangan akuntansi manajemen. Pihak
manajemen menjadi yakin terhadap konsep-konsep yang baru dikembangkan tersebut
akan membantu dalam fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Isu – isu terbaru dalam akuntansi manajemen, seperti
1. activity
based management,
2. customer
orientation,
3. cross-functional
perspective,
4. total
quality management,
5. time as
competitive element,
6. efficiency
dan E-business,
7. ABC
system,
8. balanced
scorecard
ikut memperkaya hasil penelitian di bidang riset
keperilakuan.
Antara akuntansi manajemen dan riset akuntansi keperilakuan
ada keterkaitan karena kesuksesan dalam menghasilkan informasi akuntansi
manajemen sangat tergantung pada faktor manusia dalam berperilaku. Riset
akuntansi keperilakuan pertama kali berkembang dari bidang akuntansi manajemen,
yaitu bidang yang dibahas adalah budgeting. Akuntansi manajemen dapat dikatakan
memberikan kontribusi yang besar dalam riset akuntansi keperilakuan. Bidang
akuntansi manajemen sangat berkaitan dengan perilaku manajer dan seluruh staf
organisasi. Tercapainya visi perusahaan sangatlah tergantung pada kerja sama
antara berbagai pihak, baik dari pihak internal perusahaan maupun kerja sama
yang baik dengan pihak ekstrnal perusahaan.
Kesimpulan :
dari penjelasan di atas maka saya dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
Riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting
riset/BAR) adalah bidang riset yang sedang berkembang. Riset akuntansi
keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen seperti budgeting penelitian ini
diawali oleh Argyris (1952) yang melakukan sebuah studi lapangan tentang proses
anggaran. Dalam perkembangan sekarang riset akuntansi keperilakuan dalam bidang
akuntansi manajemen sudah berkembang pada penelitian dan pengujian terhadap
konsep-konsep baru dalam akuntansi manajemen. Hasil-hasil riset akuntansi
keperilakuan yang menguji konsep-konsep baru dalam akuntansi manajemen seperti
1. activity
based management,
2. customer
orientation,
3. cross-functional
perspective,
4. total
quality management,
5. time as
competitive element,
6. efficiency
dan E-business,
7. ABC
system,
8. balanced
scorecard
diharapkan akan memberikan pengembangan terhadap teori-teori
akuntansi manajemen menjadi teori yang lebih baik dan dipercaya implementasinya
akan memberikan manfaat bagi perusahaan. Melalui riset akuntansi keperilakuan
pada akuntansi manajemen diharapkan akan melahirkan konsep atau teori baru.
sumber: